Salam Pembaca!

Semoga dengan blog ini, membantu anda membuka referensi, inspirasi, illustrasi atas setiap keadaan dan perencanaan serta membantu memberi sekat atas setiap problema. Terimakasih

Fajri Raihan (Uda Ihan)

Senin, 19 Oktober 2015

Cerpen; Menggapai Cita

Image result for berjuang dalam belajar quotes           Menggapai Cita

Semburat cahaya mentari mengusir langit gelap. Kesibukan kampung mulai berjalan seperti biasa. Liburan kenaikan kelas telah mencapai pertengahan. Liburan ini membuatku leluasa untuk bangun lebih siang dari biasanya. Tapi, pagi ini aku bangun cepat. Mataku terbuka lebih awal, aku duduk terlebih dahulu untuk mengumpulkan nyawa yang melayang entah kemana. Kusingkap selimut dan langsung berjalan menuju kebawah. Suara derit kayu dari tangga yang diinjak adalah suara yang pertama kali kudengar. kulihat mamak dan Bapak sudah menunggu di bawah.

“Pagi pak,Mak,” sapaku pada mereka yang sedang asik makan.

“Pagi Lia, sudah sikat gigi?”

“Belum, Abang mana?” tanyaku heran, biasanya abang ikut sarapan bersama di pagi hari.




“Kuliah dia, indak libur"

Aku ber-oh pelan. Berjalan ke kamar mandi untuk sikat gigi. Setelah itu aku bergabung ke meja makan, memulai percakapan hangat.

“Bapak kerja?”

“Iya, Banyak mobil yang komplain, ayah harus turun tangan ini,” kata ayahku.

“Itulah ayahmu nak, baru jadi pemilik bengkel saja sudah stress,” mamak tertawa, membuatnya terbatuk.

“Ish, bengkel besar tu, jangan macam-macam,” kata bapak tak terima

“Kalau Lia ingin jadi apa?” Tanya mamakku, mengabaikan bapak yang masih mendengus kesal.

“Dokter ma, tapi gak tau mau kuliah dimana”

“Kuliah dokter juga mahal, dari mana kita dapat piti,” kata bapaku.

“Hus, ada yang namanya beasiswa, kayak bang ihsan tu loh pa,” jawab mamak

“Harus pinter itu mak, Lia gak pinter,” kataku pelan.

“Beh, omong kosong, mana ada anak bapak yang tolol? Nanti bapak carikan itu universii..univer..”

“Universitas,pak,” lanjut mamakku sebal

“iya, itu pokoknya,”lanjut bapakku sebal.

Awalnya kukira itu takkan terjadi, tapi ternyata bapak sungguh-sungguh. Dua hari setelahnya bapak dapat kabar bahwa universitas terkenal di kota mengadakan penerimaan beasiswa. Aku langsung di daftarkan oleh bapakku. Ujiannya dua hari lagi! Malam itu juga aku belajar ditemani lentera minyak yang kadang redup. Tapi tak masalah, sinar bulan bersinar lebih terang seakan mendukungku. Tak lupa ia menebarkan lebih banyak bintang yang menerangi gelapnya malam.

Dua hari pun berlalu. Ujian dimulai tepat pukul 9 pagi. Tak mkusangka, mudah sekali soal ujiannya. Tanganku gesit menari mencoreng dan menulis jawaban sempurna. Setelah itu aku keluar ruangan lebih awal lima belas menit dengan perasaan lega. Tak sabar kutunggu hasilnya seminggu lagi.
Seminggu berlalu cepat.

Namaku terpampang jelas, berada di urutan nomor satu. Aku bersorak karena masuk dengan nilai tertinggi. Demi melihatnya Bapak bahkan salah memeluk orang, memubuatnya mengomel.

Aku mengambil juruan kedokteran. Susah sekali, tapi mamak pernah bilang; tekun belajar, berdoa, dan berjuang adalah kunci kesuksesan. Aku sekarang tinggal di asrama. Aku sekamar dengan nomor urut dua, Aisyah.  Ia menemaniku setiap hari. Kami selalu saling bantu jika ada tugas. Kuliah ini terasa cepat sekali. 6 tahun kulompati setahun, begitu juga dengan Aisyah. Kami membuat skripsi bersama. Hingga tepat penghujung semester dua belas, sidang skripsi kami berjalan lancar, lulus dengan memuaskan. Dua minggu kemudian wisuda. Pertama kali kulihat bapak dan mamak menangis, bukan menangis sedih, tapi terharu. Aku memeluk Aisyah, ia akan pergi ke Aceh. Aku senang sekali

Hari itu berlalu. Malam hari, aku menerima kabar bahwa lamaran kerjaku sebagai dokter di rumah sakit ternama di Jakarta diterima. Berarti besok malam aku harus meninggalkan kampung. Hari itu datang dengan cepat. Mamak dan bapak  memelukku dan aku mencium tangan mereka sebelum berangkat. Aku  masuk ke dalam mobi sambil melambaikan tangan.  Mobil yang kutumpangi berjalan menjauhi desa. Kulihat langit malam di atas sana, bulan tampak bersinar bangga bersama ratusan bintang yang selalu bersinar di sekitarnya. 

fajri raihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar